Langsung ke konten utama

Matematika Sebagai Produk Budaya

 

Matematika telah menjadi bagian dalam kehidupan umat manusia sejak zaman prasejarah, meskipun istilah matematika sendiri baru muncul pada masa Yunani Kuno. Kebutuhan manusia akan matematika dapat dilihat dari kebutuhan untuk mengetahui dan membedakan kuantitas suatu benda. Pengetahuan itu didapat dengan membilang ataupun mengukur. Dari sana, matematika terus berkembang seiring kebutuhan manusia yang semakin kompleks.

Sebagaimana halnya hasil-hasil kebudayaan lain, matematika muncul karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia untuk mengatasi masalah-masalah di sekitarnya. Namun, sungguh ironis melihat bagaimana pandangan sebagian orang terhadap matematika pada zaman sekarang. Matematika dianggap menjadi momok, sesuatu yang menakutkan. Matematika cenderung dihindari dan dianggap sebagai beban bagi sebagian pelajar. Matematika yang seharusnya menjadi solusi, justru dianggap sebagai masalah. Hal itu mungkin karena kita tidak mengenal bagaimana matematika itu sebenarnya. Dalam tulisan ini, akan dipaparkan mengenai apa yang dimaksud dengan matematika itu dan bagaimana hubungannya dengan kebudayaan.

Masyarakat, Budaya, dan Matematika

            Setiap orang pasti memiliki kebutuhan. Namun, dalam upaya memenuhi kebutuhannya, manusia sering kali menghadapi masalah. Karena dikaruniai akal, manusia pun berpikir. Dari proses berpikir itu kemudian muncul gagasan-gagasan, yang selanjutnya berkembang menjadi nilai, aturan, aktivitas, ataupun benda. Gagasan yang baik dan bermanfaat akan diikuti oleh anggota masyarakat lain, dipertahankan, dan kemudian menjelma menjadi budaya. Kebudayaan itu lalu diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

            Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil karya, karsa, dan cipta manusia. Kebudayaan dapat berwujud ide atau gagasan, aktivitas, maupun benda-benda atau artefak. Setiap masyarakat memiliki kebudayaannya masing-masing, yang berbeda dari kebudayaan masyarakat lain. Perbedaan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan alam dan juga kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

            Salah satu hasil karya manusia yang sangat berguna dan dibutuhkan adalah matematika. Matematika sering dianggap sebagai ilmu berhitung. Padahal, matematika jauh lebih luas daripada itu. Dalam laman Wikipedia, matematika 'didefinisikan' sebagai kajian tentang topik-topik seperti kuantitas (bilangan), struktur, ruang, dan perubahan. Dalam mempelajari topik-topik tersebut, matematikawan mencari pola dan menggunakannya untuk merumuskan dalil atau fakta-fakta yang menarik, dengan menyertakan pembuktian matematikanya. Matematika adalah ilmu yang berurusan dengan gagasan, serta proses berpikir yang logis dan sistematis. Menurut De Lange, sebagaimana dikutip Fadjar Shadiq (2014), matematika dapat dilihat sebagai bahasa yang menjelaskan tentang pola, baik pola di alam maupun pola yang muncul dari pemikiran. Pola-pola tersebut dapat berbentuk riil maupun imajinasi, dapat dilihat ataupun tidak, statis ataupun dinamis, bersifat kualitatif ataupun kuantitatif, memiliki manfaat ataupun hanya sebagai hiburan. Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar, dari kedalaman ruang dan waktu, atau dari alam pemikiran manusia.

Matematika sebagai Ilmu, Matematika sebagai Budaya

            Teks matematika tertua yang pernah ditemukan berasal dari peradaban Mesir Kuno dan Babilonia. Matematika juga berkembang di peradaban-peradaban lain seperti India, China, Yunani Kuno, Eropa, hingga bangsa Maya di Benua Amerika. Matematika pada awalnya berkembang karena kebutuhan praktis, seperti mengukur luas tanah, perpajakan, perdagangan, astronomi, serta merumuskan kalender dan waktu. Bangsa Yunani Kuno-lah yang pertama kali mengembangkan matematika secara sistematis. Banyak matematikawan Yunani yang berjasa dalam pengembangan berbagai cabang matematika, seperti Eudoxus, Euclid, Phytagoras, Archimedes, dan Hypparchus. Mereka menghasilkan karya-karya besar berupa teori-teori matematika yang menjadi dasar bagi pengembangan matematika pada masa selanjutnya. Matematika kemudian dikembangkan oleh peradaban Muslim, dan selanjutnya oleh bangsa Eropa. Hingga kini, matematika menjadi salah satu ilmu yang paling penting dan paling luas penerapannya dalam berbagai bidang.

            Berbeda dengan sains yang objek kajiannya berupa alam yang berwujud nyata, objek kajian matematika berwujud abstrak, berupa gagasan. Dari gagasan tersebut, matematikawan lalu membuat definisi yang berkaitan. Kemudian mereka mencoba mencari pola-pola serta akibatnya, dan berusaha menemukan fakta-fakta (teorema-teorema) terkait gagasan tersebut. Jika dalam sains, observasi dan/atau percobaan perlu dilakukan untuk membuktikan kebenaran suatu teori, dalam matematika tidak demikian. Untuk membuktikan kebenaran suatu teori atau pernyataan dalam matematika, diperlukan penalaran yang berpijak pada logika, serta definisi dan/atau teorema (pernyataan) yang telah terbukti kebenarannya.

            Matematika sering disebut sebagai ilmu pasti. Alasannya adalah karena kebenaran teorema-teorema dalam matematika dibuktikan dengan penalaran deduktif. Penalaran deduktif (deductive reasoning) menurut Jacobs dalam Fadjar Shadiq (2014) adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika. Karena itulah kebenaran dalam matematika dianggap pasti dan mutlak. Berbeda dengan teori-teori sains yang kebanyakan didasarkan pada induksi, yaitu penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari beberapa fakta yang bersifat khusus. Meskipun begitu, kebenaran dalam matematika sesungguhnya bersifat relatif sebagaimana halnya sains. Matematika dibangun dari serangkaian definisi dan aksioma (pernyataan yang sudah pasti benar tanpa perlu dibuktikan), serta teorema-teorema yang diturunkan  dari keduanya atau dari teorema sebelumnya. Namun jika dari teorema yang ada terus dilakukan deduksi yang menghasilkan teorema baru, kita tidak bisa yakin bahwa teorema baru tersebut tidak akan bertentangan (kontradiksi) dengan definisi, aksioma, atau teorema sebelumnya.

            Walaupun sifat ‘kepastian’ matematika tidak lagi mutlak, matematika tetap menjadi fondasi yang kokoh bagi pengembangan dirinya sendiri maupun bagi sains dan teknologi. Matematika tetaplah alat yang sangat ampuh dalam menjelaskan berbagai fenomena alam maupun sosial ekonomi, serta menjadi sarana untuk memecahkan masalah manusia terutama yang berkaitan dengan sains dan teknologi. Karena pada hakikatnya, matematika adalah produk budaya manusia, yang lahir karena kebutuhan manusia untuk memecahkan masalahnya.

            Berbicara tentang matematika sekilas tidak ada hubungannya dengan budaya. Padahal, membicarakan matematika sama halnya dengan membicarakan budaya. Apa persamaan antara musik dan aljabar, rumah adat dan geometri, puisi dan kalkulus? Semua itu adalah hasil dari pemikiran manusia, dan setiap hasil karya manusia dapat disebut sebagai kebudayaan. Entah itu nilai dan norma dalam masyarakat ataupun aksioma dan teorema dalam matematika, semua itu adalah produk dari budaya, yang terlahir karena adanya budaya berpikir dalam suatu masyarakat.

Di zaman modern ini, perkembangan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kehidupan kita pun terasa semakin dimudahkan dengan kehadiran berbagai teknologi baru. Namun pernahkah kita memikirkan bahwa semua itu berawal dari matematika. Tanpa matematika, ilmu pengetahuan atau sains akan sulit berkembang. Akibatnya, berbagai teknologi yang ada sekarang mungkin tidak akan tercipta. Dapat kita bayangkan, betapa matematika telah banyak memudahkan kehidupan kita.

Sebagai warga negara Indonesia, tentu kita ingin bangsa dan negara kita maju. Dalam sejarahnya, peradaban-peradaban majuseperti Mesir Kuno, Yunani, Islam pada abad pertengahan, dan peradaban Barat pada zaman modernadalah peradaban yang menguasai sains dan teknologi. Mereka yang menguasai sains dan teknologi ialah mereka yang menguasai matematika. Untuk itu diperlukan usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan matematika, serta sains dan teknologi, di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu perbaikan kurikulum pembelajaran, fasilitas pendidikan dasar dan menengah, kualitas tenaga pendidik, buku serta sumber pembelajaran yang berkualitas, juga peningkatan riset dalam matematika di perguruan tinggi.

 

Kesimpulan

Matematika lahir dari hasil pemikiran manusia. Karena itulah ia merupakan produk budaya. Matematika ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Karena kebutuhan manusia yang semakin kompleks, matematika pun terus berkembang. Kemajuan sains dan teknologi yang ada sekarang tidak akan tercapai tanpa adanya matematika. Karena manfaatnya yang sangat besar itu, matematika terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

            Semoga ke depannya, matematika tidak lagi dianggap sebagai beban bagi para pelajar. Matematika tidak lagi dipelajari dengan keterpaksaan karena tuntutan kurikulum, namun dipelajari karena kecintaan terhadap matematika itu sendiri, serta keinginan kuat untuk memajukan negeri ini.

 

 

 

Referensi

Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran Matematika; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gunawan, Hendra. 2017. “Matematika dan Budaya Bermatematika”. Diunduh dari https://bermatematika.net.

https://en.wikipedia.org/wiki/history_of_mathematics.

https://en.wikipedia.org/wiki/mathematics.

Komentar